Dinasti Isyana di Jawa Timur
merupakan kerajaan dari keturunan Mataram kuno di Jawa Tengah yang dipindahkan
ke Jawa Timur. Perpindahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pendapat lama
menyatakan karena (1) bencana alam, yakni meletusnya gunung berapi, dan (2)
akibat banyak tenaga laki-laki yang dipekerjakan untuk membuat candi sehingga
sawah menjadi terbengkalai.
Pendapat baru menyatakan adanya dua
faktor, yakni (1) keadaan alam; alam Bumi Mataram tertutup secara alamiah dari
dunia luar sehingga sulit untuk berkembang. Sebaliknya alam Jawa Timur lebih
terbuka untuk mengembangkan aktivitas perdagangan dengan dunia luar. Sungai
Bengawan Solo dan Sungai Brantas dapat dipakai sebagai sarana perhubungan dan
perdagangan antara pedalaman dan pantai. Di samping itu tanah di Jawa Timur
masih subur dibandingkan dengan Jawa Tengah yang sudah lama dimanfaatkan; (2)
masalah politik; yakni untuk menghindarkan diri dari serangan Sriwijaya. Sebab
setelah Dinasti Syailendra terdesak dari Jawa Tengah dan menetap di Sumatra,
merupakan ancaman yang serius.
a. Kehidupan Politik
Pemindahan kekuasaan ke Jawa Timur dilakukan oleh raja Empu Sendok, dan membentuk dinasti baru yakni Isana. Nama Isana diambil dari gelar resmi Empu Sendok yakni Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikramatunggadewa. Wilayah kekuasaan Empu Sendok meliputi Nganjuk di sebelah barat, Pasuruan di timur, Surabaya di utara dan Malang di selatan. Empu Sendok memegang pemerintahan dari tahun 929–947 dengan pusat pemerintahannya di Watugaluh. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana dengan melakukan berbagai usaha untuk kemakmuran rakyat. Di antaranya ialah membuat bendungan-bendungan untuk perairan, dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan bangunan-bangunan suci. Di samping itu juga memerintahkan untuk mengubah sebuah kitab agama Buddha aliran Tantrayana yang diberi judul Sang Hyang Kamahayanikan.
Pemindahan kekuasaan ke Jawa Timur dilakukan oleh raja Empu Sendok, dan membentuk dinasti baru yakni Isana. Nama Isana diambil dari gelar resmi Empu Sendok yakni Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikramatunggadewa. Wilayah kekuasaan Empu Sendok meliputi Nganjuk di sebelah barat, Pasuruan di timur, Surabaya di utara dan Malang di selatan. Empu Sendok memegang pemerintahan dari tahun 929–947 dengan pusat pemerintahannya di Watugaluh. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana dengan melakukan berbagai usaha untuk kemakmuran rakyat. Di antaranya ialah membuat bendungan-bendungan untuk perairan, dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan bangunan-bangunan suci. Di samping itu juga memerintahkan untuk mengubah sebuah kitab agama Buddha aliran Tantrayana yang diberi judul Sang Hyang Kamahayanikan.
Setelah Empu Sendok meninggal
kemudian digantikan oleh putrinya yang bernama Sri Isanatunggawijaya. Putri ini
kawin dengan Lokapala, dari pernikahannya lahirlah seorang putra yang bernama
Makutawangsawardana yang meneruskan takhta ibunya. Setelah Makutawangsawardana
meninggal yang menggantikan ialah Dharmawangsa (990–1016). Dalam
pemerintahannya ia berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya yang hidup
dari pertanian dan perdagangan. Pada saat itu pusat perdagangan di Indonesia
dikuasai oleh Sriwijaya, maka Dharmawangsa berusaha untuk menyerang Sriwijaya
dengan tujuan untuk mengusai daerah Sriwijaya bagian selatan (Selat Sunda).
Akan tetapi, selang beberapa tahun kemudian Sriwijaya bangkit mengadakan
serangan balasan. Dalam hal ini Sriwijaya mengadakan kerja sama dengan kerajaan
Worawari (kerajaan asal di Jawa). Serangan Worawari sangat tepat, yakni ketika
Dharmawangsa melangsungkan upacara pernikahan putrinya dengan Airlangga (1016).
Dharmawangsa beserta seluruh pembesar istana mengalami pralaya, tetapi
Airlangga berhasil meloloskan diri beserta pengiringnya yang setia Narotama,
menuju hutan Wonogiri diringi juga oleh para pendeta.
Selama tiga tahun (1016-1019)
Airlangga digembleng lahir dan batin oleh para pendeta. Atas tuntutan rakyat
dan pendeta, Airlangga bersedia menjadi raja menggantikan Dharmawangsa. Pada
tahun 1019, Airlangga dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Maharaja Rake
Halu Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa. Tugas Airlangga
ialah menyatukan kembali daerah kekuasaan semasa Dharmawangsa dan usaha ini
dapat berhasil dengan baik. Ibukota kerajaan pada tahun 1031 di Wutan Mas, kemudian
dipindahkan ke Kahuripan pada tahun 1037. Selanjutnya Airlangga melakukan
pembangunan di segala bidang demi kemakmuran rakyatnya.
Pada tahun 1042 Airlangga
mengundurkan diri dari takhta dan menjadi seorang petapa dengan nama Jatinindra
atau Resi Jatayu. Sebelumnya Airlangga menobatkan putrinya, Sri Sanggramawijaya
namun menolak dan ia juga menjadi seorang petapa dengan nama Dewi Kili Suci.
Akhirnya kerajaan
dibagi menjadi dua yakni Jenggala dengan ibukota Kahuripan dan Panjalu yang dikenal dengan nama Kediri. Jenggala diperintah oleh Garasakan, sedangkan Kediri oleh Samarawijaya ( keduanya terlahir dari selir).
dibagi menjadi dua yakni Jenggala dengan ibukota Kahuripan dan Panjalu yang dikenal dengan nama Kediri. Jenggala diperintah oleh Garasakan, sedangkan Kediri oleh Samarawijaya ( keduanya terlahir dari selir).
b. Kehidupan Sosial-Ekonomi
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kerajaan di Jawa Timur ini cukup baik, karena mendapat perhatian dari raja-raja yang memerintah. Di antaranya Airlangga yang memerintahkan membuat tanggul di Waringit Pitu (Prasasti Kalegen 1037) dan waduk-waduk di beberapa bagian Sungai Brantas untuk pengairan sawah-sawah dan mengurangi bahaya banjir. Untuk memajukan aktivitas perdagangan, Airlangga juga mengadakan perbaikan pelabuhan Ujung Galuh yang letaknya di sungai Brantas; sedangkan pelabuhan Kembang Putih di Tuban diberikan hak-hak istimewa.
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kerajaan di Jawa Timur ini cukup baik, karena mendapat perhatian dari raja-raja yang memerintah. Di antaranya Airlangga yang memerintahkan membuat tanggul di Waringit Pitu (Prasasti Kalegen 1037) dan waduk-waduk di beberapa bagian Sungai Brantas untuk pengairan sawah-sawah dan mengurangi bahaya banjir. Untuk memajukan aktivitas perdagangan, Airlangga juga mengadakan perbaikan pelabuhan Ujung Galuh yang letaknya di sungai Brantas; sedangkan pelabuhan Kembang Putih di Tuban diberikan hak-hak istimewa.
Ini yang ada itu
BalasHapus